Nike Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Volume 3, Nomor 4, Desember 2015 152 Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan pada Suhu Ruang terhadap Nilai TBA Abon Ikan Sidat 1.2 Kasumi A. Polutu, 2 Rieny Sulistijowati S, 2Faiza A. Dali 1kasumipolutu@ Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNG Abstrak
Pengemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Yap, pada kali ini kita akan membahas pengertian pengemasan, fungsi pengemasan, jenis jenis pengemasan, dan lainnya. Kemasan ialah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama. Pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuahproduk. Menurut Swatha mengartikan 1980 139 Pembungkusan packaging adalah kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain pembuatan bungkus atau kemasan suatu barang. Pengemasan adalah wadah atau bungkus. Jadi beberapa pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan adalah suatu kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu barang yang meliputi desain bungkus dan pembuatan bungkus produk tersebut. Fungsi Pengemasan Adapun banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, akan tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Untuk melindungi benda perniagan yang bersangkutan terhadap kerusakan-kerusakan dari saat di produksinya sampai saat benda tersebut di konsumsi. Guna memudahkan pengerjaan dan penyimpanan benda-benda perniagaan tersebut. Oleh para perantara dan para konsumen. Membantu menjual produk yang bersangkutan. Tujuan Kemasan Menurut Louw dan Kimber “2007” kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan yaitu Physical Production yakni melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya. Barrier Protection yaitu melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu dan sebagainya. Containment or Agglomeration yakni benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan. Information transmission yaitu informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label. Reducing Theft yakni kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik “menunjukkan tanda-tanda pembukaan” sangat membantu dalam pencegahan pencurian paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian. Conveniece yaitu fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali. Marketing yakni kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk. Baca Juga Spesifikasi Mesin Press Hidrolik Berikut jenis jenis pengemasan berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis yakni primer yakni bahan kemas langsung mewa dari bahan pangan “kaleng susu, botol minuman, dll”. sekunder yakni kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya. tersier dan kuarter yakni kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi, kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan. Berdasarkan frekuensi pemakainnya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis yakni Kemasan sekali pakai “Disposable” yakni kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus dan makanan kaleng. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali “multi trip” yakni kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap. Kemasan yang tidak dibuang “semi disposable” yakni kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain dirumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol. Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis yakni Kemasan siap pakai yakni bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya ialah wadah botol, wadah kaleng dan sebagainya. Kemasan siap dirakit yakni kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Syarat – Syarat Kemasan Setelah mengetahui jenis jenis pengemasan, kita akan mengetahui apa sih syarat syarat kemsan… Menurut Winardi 1993204 pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pengemasan antaranya adalah Dari sejumlah besar bahan kemasan yang tersedia bahan manakah yang paling baik digunakan untuk menonjolkan wajah produk yang dihasilkan. Warna, desain, bentuk serta ukuran-ukuran kemasan yang harus digunakan. Rancangan sebuah kemasan yang dapat mempermudah penggunaan produk oleh konsumen. Apakah dapat di rancang sebuah kemasan di lihat dari fungsi sehingga kemasan itu dapat dipakai untuk tujuan lain setelah barang yang adadalam kemasan itu habis dikonsumsi. Pertimbangan perancangan kemasan untuk momen tertentu misalnya untuk hadiah ulang tahun dan momen tertentu lainnya. Bahan Kemasan Bahan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya suatu produk yang berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas, produk-produk yang tidak tahan terhadap sinar ultra violet, tidak akan baik bila dikemas dalam plastik atau kaca transparan. Menurut Syarief dan Irawati 198835 membagi kemasan menjadi beberapa golongan sebagai berikut Gelas Mudah Pecah, transparan sehingga tidak cocok untuk produk yangtidak tahan pada sinar ultra violet. Metal Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang membutuhkan kemasan yang muat, misalnya untuk mengemas produk yang membutuhkan tekanan udara yang cukup ini untuk pendorong keluarnya produk tersebut dari kaleng kemasannya. Kertas Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah rusak, jadi kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk-produk yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair. Plastik Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah dan bentuk lainnya seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastic sebagai kemasan semakin luas karena ongkos produksinya relative murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi. Daya Tarik Pada Kemasan Daya tarik kemasan sangat penting guna tertangkapnya stimulus oleh konsumen yang di sampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen tertarik pada produk tersebut. Menurut Wiryo 199910 daya tarik visual kemasan dapat digolongkan menjadi dua yaitu daya tarik visual dan daya tarik praktis. Daya Tarik Visual Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan atau lebel suatuproduk mencakup warna, bentuk, merk, ilustrasi, teks, tata letakWirya, 199928-30 Warna Adalah suatu mutu cahaya yang dapat dipantulkan darisuatu objek ke mata manusia. Warna terbagi dalam kategori terangmudah, sedang, gelap tua. Fungsi dari pemilihan warna Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk pesaing. Guna menarik perhatian, warna terang atau cerah akan memantulkan cahaya lebih jauh dibandingkan dengan warnagelap. Untuk menimbulkan pengaruh, misalnya untuk meningkatkan selera konsumen terhadap produk makanan. Guna mengembangkan asosiasi tertentu terhadap produknya. Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produknya. Guna menghiasi produk. Untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam penggunaan warna kontras. Guna mendorong tindakan. Untuk proteksi terhadap cahaya yang membahayakan. Guna mengendalikan temperatur barang didalamnya. Untuk membangkitkan minat dalam mode. Bentuk Bentuk kemasan disesuaikan dengan produknya pertimbangan yang digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan penjualan, pemejangan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut. Berbentuk sederhana lebih disukai dari pada yang rumit Diharuskan bentuk seimbang agar menyenangkan Bentuk yang teratur memiliki daya tarik lebih Di sarankan bentuk bujur sangkar lebih disukai dari pada persegi panjang Bentuk cembung lebih disukai dari pada bentuk cekung Di haruskan bentuk harus mudah terlihat bila dipandang dari jauh Berbentuk bulat lebih disukai wanita, sedang pria lebih menyukaibentuk siku Merk/logo Tanda-tanda identifikasi seperti merek dengan logo perusahaan adalah meningkatkan daya tarik konsumen. Merek atau logo ini dipandang dapat menaikkan gengsi atau status seorang pembeli. Syarat-syarat logo yang baik adalah Mengandung keaslian Sederhana dan ringkas Mudah dibaca atau di ucapkan Tidak sulit digambarkan Mudah di ingat Tidak mengandung konotasi yang negative Ilustrasi Merupakan alat komunikasi sebuah kemasan bahasa universal yang dapat menembus rintangan perbedaaan bahasa. Ilustrasi ini termasuk fotografi dan gambar-gambar untuk menarik konsumen. Topografi Topografi adalah teks pada kemasan yang berupa pesan-pesan kita untuk menjelaskan produk yang di tawarkan sekaligus menyerahkan konsumen untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen. Tata letak Tata letak adalah paduan semua unsur garfis meliputi warna, bentuk, merek ilustrasi, topografi, menjadi suatu kesatuan baruyang disusun dan di tempatkan pada halaman kemasan. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengaturan tata letak adalah Keseimbangan Titik pandang dengan menjadikan satu unsur yang paling menarik Perbandingan ukuran yang serasi Tata urutan alur keterbatasan yang sesuai Daya Tarik Praktis Merupakan efektifitas efesiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau pengecer. Daya tarik kemasan menurut Wirya 1999 15 antara lain Menjamin dapat melindungi produk Yang dapat di gunakan kembali Mudah di buka atau di tutup kembali untuk disimpan Yang mudah di bawah, di pegang dan dijinjing Dengan porsi yang sesuai Yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan mengisinya kembali Etika Kemasan Dalam menentukan kebijakan dalam pengemasan suatu produk produsen hendaknya memperhatikan etika pemasaran McCharty 1993199-202 yaitu dengan membuat kemasan yang dapat di pertanggung jawabkan secara sosial misalnya dengan membuat kemasan yang dapat didaur ulang atau kemasan yang dapat dipakai kembali sehingga tidak merusak lingkungan. Disamping itu produsen dalam kemasannya harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa produk tersebut agar konsumen tidak di rugikan oleh barang-barang yang tidak ia perlukan dan berbahaya bagi merek dan perlu juga di cantumkan tentang informasi harga barang tersebut pada konsumen produk tersebut. Setelah kamu mempelajari tentang Pengemasan, jangan lupakan mendaur ulang, membuang, mengelolah, atau mengepress kemasan yang anda beli/ buat jika tidak di gunakan lagi, bahkan anda juga bisa menggunakan Mesin Press Hidrolis untuk mengepress supaya lebih cepat.
JenisJenis Pengemasan Berdasarkan Bahan Kemasan 1. Kemasan Bahan Plastik Kemasan berbahan plastik merupakan kemasan yang paling banyak dipakai dalam industri
at December 9, 2019 Pada artikel ini akan dijelaskan mengenai jenis jenis pengemasan. Anda dapat menyegel atau menutup kemasan dengan sangat rapat menggunakan mesin continuous sealer. Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar Berdasarkan fungsinya, kemasan moderen dibagi atas tiga kategori, yakni Primary Packaging, Secondary Packaging, dan Tertiary Packaging. Yang dimaksud dengan Primary Packaging adalah material atau kemasan yang pertama kali bersentuhan langsung dengan isi produk. Contohnya bermacam-macam, misalnya botol, kaleng, aerosol spray, amplop, bungkus permen, plastik pembungkus makanan, skin pack, wrappers, dll. Sementara Secondary Packaging adalah kemasan yang membungkus primary packaging atau kemasan yang ukurannya lebih besar dan mewadahi beberapa primary packaging sekaligus. Contohnya kardus atau shrink wrap. Kantong plastik yang sering anda gunakan untuk membawa beberapa kaleng atau botol juga termasuk ke dalam kategori secondary packaging. Terakhir, yang masuk kategori Tertiary Packaging adalah jenis kemasan yang digunakan untuk melindungi produk saat pengiriman atau pendistribusian. Contohnya container, barrel, dll. Tujuan Kemasan Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik menunjukkan tanda-tanda pembukaan sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk. Jenis Jenis Pengemasan Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan kaleng susu, botol minuman, dll. Pengemasa nSekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan. Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Kemasan sekali pakai Disposable, yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng. Pengemasan yang dapat dipakai berulang kali Multi Trip, kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap. Kemasan yang tidak dibuang Semi Disposable. Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol. Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya. siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Itulah ulasan mengenai jenis jenis pengemasan yang dapat anda coba. Resep Aneka keripik juga dapat di kemas dengan rapi agar lebih menarik.
kitaditujukan pada proses pengolahan pangan maka terdapat berbagai kemungkinan perlakuan yang mungkin terkenakan pada bahan pangan selama pengolahannya. Secara skematis, perlakuan-perlakuan (merupakan satuan operasi industri pangan) tersebut dapat diamati pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Berbagai Satuan Operasi dalam Industri Pangan P PENDAHULUAN
35 tidak dikehendaki, ditinjau dari segi keamanan dan kualitas. Hubungan aktivitas air a w dengan laju kerusakan produk pangan seperti terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Hubungan aktivitas air a w dengan laju kerusakan produk pangan Labuza, 1982 G. PENGEMASAN 1. Pengertian Pengemasan Pengemasan sering juga disebut sebagai pewadahan, pembungkusan, atau pengepakan. Pembungkusan berperan penting dalam mempertahankan mutu suatu bahan pangan dan telah dianggap sebagai bagian integral dari proses produksi. Menurut Syarief dan Irawati, 1988, kemasan berfungsi sebagai a. Wadah untuk menempatkan produk dan memberi bentuk, sehingga lebih memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. b. Memberi perlindungan terhadap mutu produk dari kontaminasi luar dan kerusakan. c. Menambah daya tarik produk Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan, dan sifat bahan 36 kemasan. Bahan pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda dalam kepekaannya terhadap lingkungan. Produk pangan kering yang bersifat higroskopis harus dilindungi terhadap masuknya uap air. Umumnya produk pangan kering mempunyai kadar air rendah, sehingga harus dikemas dengan kemasan yang mempunyai daya tembus atau permeabilitas uap air yang rendah untuk menghambat penurunan mutu produk seperti menjadi tidak renyah Buckle, 1995. Pemilihan bahan kemasan, berkaitan dengan informasi dan persyaratan yang dibutuhkan oleh produk, seperti penyebab kerusakan produk dan reaksi yang akan dialami produk dalam kemasan tersebut sebelum dikonsumsi. Kerusakan yang paling umum terjadi pada bahan pangan adalah perubahan kadar air, pengaruh gas dan cahaya. Perubahan kadar air produk akan menyebabkan pertumbuhan jamur dan bakteri, penggumpalan pada produk serbuk, serta pelunakan pada produk kering. Bahan makanan yang beraroma tinggi umumnya memerlukan kemasan yang dapat menahan keluarnya komponen volatil Syarief dan Irawati, 1988. 2. Beberapa Jenis dan Sifat Bahan Kemasan Persyaratan kemasan untuk bahan pangan antara lain permeabilitas terhadap udara rendah, tidak menyebabkan penyimpangan warna dan flavor produk, tidak bereaksi dengan produk, sehingga merusak cita rasa, tidak mudah teroksidasi atau bocor, tahan panas, mudah didapat dan harganya murah Hine, 1997. Menurut Syarief dan Halid 1993, penggunaan plastik untuk kemasan bahan pangan menarik karena sifat-sifatnya yang menguntungkan seperti lunak, mudah dibentuk, mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti wadah logam, mudah dalam penanganannya, dan biaya transportasi lebih murah. Kemasan plastik lemas memiliki kelemahan khususnya terhadap daya permeabilitas barrier gas dan uap air. Kelemahan ini memungkinkan terjadinya perpindahan molekul-molekul gas baik dari luar plastik udara ke dalam produk maupun 37 sebaliknya melalui lapisan plastik. Adanya perpindahan senyawa-senyawa tersebut dapat menimbulkan berbagai penyimpangan organoleptik Winarno, 1997. Beberapa jenis plastik yang dapat dibuat sebagai kemasan produk instan adalah High Density Polyethylene HDPE, Polyprophylene PP, dan Polyethylene Terephtalat PET. Masing-masing jenis plastik tersebut memiliki sifat yang berbeda. HDPE tergolong jenis plastik polietilen. Polietilen mudah dibentuk, lemas, mudah ditarik; daya rentang tinggi tanpa sobek; tahan terhadap asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia lainnya; penampakannya bervariasi dari jernih transparan, berminyak, sampai keruh; transmisi gas tinggi, sehingga tidak cocok untuk mengemas bahan makanan yang beraroma; kedap air dan uap air; dan mudah digunakan sebagai laminasi. Polietilen tergolong poliolefin dan dibuat dari proses polimerisasi adisi gas etilen. Polipropilen PP juga termasuk ke dalam jenis plastik poliefilen dan merupakan polimer dari propilen. Sifat-sifat utama propilen diantaranya ringan densitas gcm 3 , mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, lebih kaku dari polietilen dan tidak gampang sobek, mempunyai kekuatan tarik lebih besar dari PE pada suhu rendah akan rapuh dan tidak dapat digunakan untuk kemasan beku, permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang, tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150 C, titik leburnya tinggi, tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak Syarief dan Irawati, 1988. Sifat-sifat polipropilen dapat diperbaiki dengan cara memodifikasinya menjadi OPP oriented polypropilene jika dalam proses pembuatannya ditarik satu arah atau BOPP biaxally oriented polypropilene jika dalam proses pembuatannya ditarik dua arah. Metalizing adalah teknik untuk membuat membran tipis dengan menyalurkan logam melalui permukaan kertas atau plastik film dalam kondisi vakum. Walaupun lapisan penglogaman ini tipis, sekitar 300-1000 Å m, tetapi dapat meningkatkan perlindungan, menahan bau, 38 memberikan efek kilap dan menahan gas Matsumoto, 2007. Logam yang biasa digunakan untuk metalasi adalah alumunium. Kemurnian alumunium yang digunakan adalah diameter wire alumunium sebesar mm dan biasanya ketebalan kurang dari mm. Proses metilasi dilakukan dengan melelehkan dan menguapkan alumunium wire pada suhu 1500 C. Uap alumunium akan melapisi film plastik yang berputar pada sebuah rol pendingin bersuhu sekitar 15 C. Rol pendingin diatur pada suhu tersebut agar film tidak meleleh ketika terkena uap alumunium yang panas. Alumunium memiliki sifat hermetis, fleksibel, dan tidak tembus cahaya. Ketebalan alumunium foil menentukan sifat protektifnya. Berdasarkan pengujian fisik yang telah dilakukan terhadap bahan kemasan alumunium foil dengan tiga ketebalan yang berbeda oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan BBKK pada tahun 2009. Pengujian ini meliputi densitas, gramatur, laju transmisi gas oksigen O 2 TR, dan laju transmisi uap air WVTR. Tabel 3. Analisis sifat fisik alumunium foil Laporan hasil uji laboratorium uji dan kalibrasi BBKK, 2009 Jenis Kemasan Ketebalan mm Densitas gcm 2 Gramatur gm 2 WVTR gm 2 24 jam O 2 TR ccm 2 24 jam Alumunium Foil Suhu = C, RH = 100 Suhu = 21 C, RH = 55 Data pada Tabel 2. menunjukkan bahwa ketebalan kemasan alumunium foil berbanding terbalik dengan nilai WVTR. Semakin meningkat ketebalan kemasan, nilai WVTR akan semakin rendah. Hal ini menunjukkan semakin tebal kemasan maka daya permeabilitas kemasan terhadap uap air semakin 39 rendah. Permeabilitas dan ketebalan kemasan juga berkaitan dengan densitas dan gramatur. Semakin rendah ketebalan alumunium foil, semakin kecil pula densitas dan gramatur. Menurut Matsumoto 2007, ketebalan kemasan menentukan laju transmisi gas oksigen O 2 TR dan uap air WVTR kemasan. Alumunium foil dengan ketebalan mm memiliki nilai WVTR dan O 2 TR yang paling tinggi dibandingkan dengan ketebalan lainnya. Hal ini berarti jenis alumunium ini paling mudah ditembus oleh oksigen dan uap air dari lingkungan selama penyimpanan. Berbeda dengan hasil analisis nilai O 2 TR terhadap masing-masing kemasan. Nilai O 2 TR paling tinggi terdapat pada kemasan alumunium foil dengan ketebalan mm dan menunjukkan nilai terendah pada kemasan alumunium foil dengan ketebalan mm. Berbeda dengan pernyataan Robertson 1993 bahwa kuantitas dari difusi gas sebanding dengan ketebalan lapisan. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya keanekaragaman struktur molekul penyusun lembaran atau film dan tingkat kepolaran. Plastik yang dilapisi logam metalized plastic dapat meningkatkan penampilan dan mengurangi transmisi. Plastik ini dapat melindungi produk dari cahaya. Penggunaan plastik ini antara lain untuk mengemas kopi, makanan kering, keju, dan roti panggang Matsumoto, 2007. H. PENDUGAAN UMUR SIMPAN
FriabilityTester – Pengertian, Fungsi, Jenis dan Cara Menggunakan. Friability Tester – Friability tester merupakan salah satu alat laboratorium yang digunakan pada serangkaian pengujian farmasi. Alat ini digunakan untuk menguji kerapuhan suatu tablet yang biasa digunakan pada laboratorium farmasi. Dan pada artikel ini, penulis akan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan dan lama penyimpanan terhadap kualitas dangke berbahan dasar susu. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial, yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis kemasan daun pisang, polipropilen dan aluminium foil dan lama penyimpanan 1, 2 dan 3 hari. Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan mulai dari persiapan alat dan bahan, pemasakan dan pencampuran bahan tambahan, pendinginan, pengemasan dangke hingga penyimpanan produk dangke. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis sidik ragam yang diolah menggunakan SPSS versi 22. Parameter yang diamati yaitu analisis kimia meliputi kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu dan angka lempeng total ALT kemudian uji organoleptik meliputi warna, tekstur, dan aroma. berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lama penyimpanan dan jenis kemasan berpengaruh terhadap kualitas dangke berbahan dasar susu sapi, perlakuan terbaik pada pengujian yaitu penggunaan kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 2 hari dan layak konsumsi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 7 Nomor 1 Februari 2021 53 – 66 E-ISSN 2614-7858 Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Dangke The Effect Of Packaging and Long Storage To Dangke Quality Suci Rahmadani Mansur, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar, email sucidanimansur Patang, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar, email patang Andi Sukainah, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar, email Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan dan lama penyimpanan terhadap kualitas dangke berbahan dasar susu. Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL Faktorial, yang terdiri dari 2 faktor yaitu jenis kemasan daun pisang, polipropilen dan aluminium foil dan lama penyimpanan 1, 2 dan 3 hari. Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan mulai dari persiapan alat dan bahan, pemasakan dan pencampuran bahan tambahan, pendinginan, pengemasan dangke hingga penyimpanan produk dangke. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis sidik ragam yang diolah menggunakan SPSS versi 22. Parameter yang diamati yaitu analisis kimia meliputi kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar abu dan angka lempeng total ALT kemudian uji organoleptik meliputi warna, tekstur, dan aroma. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lama penyimpanan dan jenis kemasan berpengaruh terhadap kualitas dangke berbahan dasar susu sapi, perlakuan terbaik pada pengujian yaitu penggunaan kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 2 hari dan layak konsumsi. Kata Kunci kemasan, penyimpanan, kualitas, dangke, susu sapi Abstract This study aims to determine the effect of the type of packaging and storage time on the Quality of Milk-Based Dangke. The experimental design carried out was a Factorial Completely Randomized Design CRD, which consisted of 2 factors the type to packaging Banana leaf, Polypropylene and Aluminum foil and storage 1, 2 and 3 days. The first stage is the preparation of tools and materials. The second stage is cooking the ingredients and mixing the additives for 20 minutes. The third stage is cooling for 10 minutes. The fourth step is dangke packaging in Banana Leaf, Polypropylene and Aluminum Foil packaging. The fifth stage is storage of dangke products for 1,2 and 3 days. The data analysis technique used in this study is the analysis of variance subsequentlya was processed using SPSS version 22. The parameters observed in this study were chemical analysis including water content, protein content, fat content, ash content, total plate count ALT. And organoleptic tests include color, texture, and aroma. The type of packaging and storage time affect the quality of dangke made from cow's milk, the best treatment in testing is the use of aluminum foil packaging with a storage time of 2 days and is suitable for consumption. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Keywords packaging, storage, quality, dangke, cow’s milk Pendahuluan Peternakan adalah bagian dari subsektor pertanian yang selalu diusahakan untuk meningkatkan kebutuhan protein hewani. Usaha peternakan yang dapat membantu menunjang kebutuhan adalah sapi perah. Produk hasil dari usaha sapi perah yaitu berupa susu. Susu adalah pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi lengkap dan seimbang, serta mutu gizi proteinnya lebih tinggi dari pada protein nabati Ridwan, 2005. Mengingat bahwa pentingnya susu untuk peningkatan kualitas SDM Indonesia, sehingga upaya meningkatkan konsumsi susu mutlak dilakukan, yaitu dengan mengolah susu dalam bentuk produk olahan pangan salah satunya produk olahan dangke Erniza, 2004. Dangke adalah produk olahan yang berbahan dasar susu sapi yang memiliki tekstur lunak yang hampir sama dengan keju dan dikenal sejak tahun 1905. Pengembangan dangke dilakukan bukan hanya meningkatkan konsumsi susu, namun dapat menjadi motivasi bagi peternak untuk tetap mengembangkan usaha peternakannya Wahniyathi, 2013. Permasalahan yang dihadapi pada produk dangke adalah mudah rusak dan dangke yang dihasilkan tidak seragam sehingga mempengaruhi mutu suatu produk yang dihasilkan oleh masyarakat, sehingga mempengaruhi umur simpan poduk dangke. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan suatu cara yang dapat mempertahankan kualitas dangke salah satunya dengan melakukan penelitian tentang berbagai jenis kemasan yang sesuai dengan karakteristik dangke. Masyarakat pada umumnya mengabaikan masalah kemasan produk pangan yang dianggap hanya mempunyai fungsi sebagai pelindung produk yang dikemas. Padahal kemasan sangat penting diperhatikan, sebab kemasan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kelancaran pemasaran dan ketahanan mutu suatu produk pangan. Selama ini, pengemasan dangke yang dilakukan oleh industri kecil adalah dengan melapisi daun pisang kemudian dimasukkan dalam plastik yang terbuka tidak vakum. Metode pengemasan tersebut, tidak menjamin daya awet produk untuk jangka waktu yang dikehendaki. Cara pengemasan yang tidak tepat akan merusak cita rasa produk dan mempercepat kemunduran mutu dangke yang diproduksi. Salah satu kemasan yang biasa digunakan industri rumah tangga dalam pengemasan adalah kemasan Polipropilen yaitu jenis polimer termoplastik yang sangat luas penggunaannya. Beberapa sifat keunggulan dari kemasan polipropilen yaitu ringan dan mudah dibentuk tidak mudah sobek, transparan, putih alami serta memiliki sifat mekanik yang baik, sehingga mudah untuk penanganan dan distribusi, Syarief et al., 1989. Polipropilen memiliki densitas yang lebih rendah 0,90 g/cm3 dan memiliki titik lunak lebih tinggi yaitu suhu 140-150oC dibandingkan dengan polietilen, transmisi uap air rendah, permeabilitas gas sedang, tahan gores, stabil pada suhu tinggi sampai 150oC, tahan terhadap bahan kimia dan lemak, serta memiliki kilap yang bagus dan kecerahan tinggi Robertson, 1993 Jenis aluminium foil banyak digunakan oleh beberapa industri-industri rumah tangga karena sifatnya sempurna, tidak tembus cahaya, tidak bisa dilalui oleh gas, hermetis, fleksibel, serta dapat 54 JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian dimanfaatkan untuk mengemas bahan- bahan yang peka terhadap cahaya dan bahan-bahan yang berlemak seperti yogurt dan margarin. Serta banyak digunakan seperti bahan pelapis atau laminan dan juga dapat melindungi bahan sehingga tahan disimpan tanpa proses pendinginan dan pembekuan, karena permeabilitasnya yang rendah terhadap sinar matahari, uap air, oksigen dan mikroba. Oleh karena itu, untuk dapat mempertahankan kualitas dangke, jenis kemasan dan suhu penyimpanan harus mendapat perhatian khusus Afrianto, 2005. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh jenis kemasan dan lama penyimpanan terhadap kualitas dangke. Metode penyimpanan makanan merupakan upaya agar produk dapat dinikmati oleh konsumen sebelum terjadi kerusakan, oleh karena itu selama penyimpanan harus diusahakan agar tidak terjadi penurunan kualitas produk yang besar. Salah satu cara yang dapat memperlambat penurunan mutu produk pangan adalah menyimpan produk pangan menggunakan suhu yang rendah dimana semakin tinggi lama penyimpanan maka peluang terhadap makanan untuk mengalami kerusakan lebih cepat sehingga sangat dibutuhkan penyimpanan yang dapat mempertahankan mutu terhadap berbagai produk pangan sehingga sampai di konsumsi oleh konsumen dengan kualitas yang layak konsumsi dan tidak mengecewakan konsumen Lukman et al., 2009. dilakukan pada suhu ruang dapat mempercepat kerusakannya. Pada uraian di atas maka penelitian ini akan menguji efektivitas 3 jenis kemasan yaitu, Daun pisang, Aluminium foil, Polipropilen dan diamati selama 4 hari pada suhu ruang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai jenis kemasan dan lama penyimpana terhadap kualitas dangke. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan mengguna- kan rancangan percobaan acak lengkap RAL yang terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor pertama adalah jenis kemasan yang terdiri dari tiga jenis kemasan yaitu kemasan polipropilen PP, aluminium foil dan daun pisang, dan faktor ke-dua adalah lama waktu penyimpanan yang terdiri dari 1 hari, 2 hari, dan 3 hari kemudian dangke disimpan dengan menggunakan suhu penyimpanan yaitu suhu ruang. Dari kedua faktor diatas didapatkan 9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga didapatkan unit percobaan 27. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan September 2019. Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu 1 Laboratorium Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar, 2 Laboratorium Nutrisi dan Kimia, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan. Penyimpanan dangke sangat mempengaruhi kualitasnya dimana semakin besar daya simpan dari dangke maka sebagian bakteri pembusuk yang akan berkembang pada suhu ruang 27-30. Sehingga penyimpanan dangke yang Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan analitik, gelas ukur, penangas air, kompor, ember, penyaring cetakan, sendok, baki, tabung gas, panci, JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian pengaduk kayu, desikator, oven, neraca analitik. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kemasan plastik polipropilen, kemasan aluminium foil, kemasan daun pisang, susu sapi, enzim papain, aquades, ammonia, kloroform, ether. Prosedur Penelitian Tahapan pertama yaitu mempersiap- kan alat dan bahan kemudian pada proses pembuatannya yaitu dengan cara susu dipanaskan pada suhu 300C sekitar 5 menit kemudian ditambahkan enzim papain dan garam, setelah itu diaduk sampai menghasilkan gumpalan diatas permukaan panci. Hasil gumpalan tersebut kemudian dicetak menggunakan cetakan tempurung kelapa. Dangke yang sudah jadi kemudian didinginkan selama 10 menit, selanjutnya dikemas menggunakan 3 jenis kemasan yaitu aluminium foil, polipropilen dan daun pisang. Setelah itu dilakukan pengujian proksimat terhadap dangke yang terdiri dari kadar lemak kadar air, kadar protein, kadar abu, ALT dan uji organoleptik yang terdiri dari aroma, warna dan tekstur. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi ANOVA tiga faktor. Jika dari analisis diperoleh Fhit > Ftab, terdapat perbedaan yang nyata antar perlakuan maka harus dianalisis Uji lanjut Duncan. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi jenis kemasan dan lama penyimpanan terhadap kualitas dangke selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari terhadap kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu, alt dan uji hedonik yang terdiri dari warna, aroma dan tekstur. Analisis Kimia Kadar Air Air adalah salah satu komponen penting dalam suatu bahan pangan yang dapat mempengaruhi cita rasa, tekstur, dan penampakan suatu makanan. Kualitas dari suatu produk sangat ditentukan oleh kadar air suatu bahan, meningkatnya kadar air bahan pangan menunjukkan bahwa semakin rendah mutu bahan pangan tersebut. Penelitian ini dilakukan analisis kadar air pada berbagai lama penyimpanan dan jenis Gambar 1. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Air Dangke JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian kemasan dangke. Dapat dilihat hasil pengujian analisis kadar air pada Gambar 1. Hasil analisis terhadap parameter kadar air menunjukkan perlakuan jenis kemasan dan lama penyimpanan menunjukkan kadar air tertinggi dengan perlakuan jenis kemasan daun pisang dan lama penyimpanan 3 hari, sedangkan kadar air terendah diperoleh dengan perlakuan kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 1 hari. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air dangke pada kemasan aluminium foil dengan penyimpanan hari pertama mempunyai nilai kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan jenis kemasan yang lain sampai penyimpanan 3 hari. Hal tersebut dikarenakan kemasan aluminium foil memiliki katrakteristik yang fleksibel, hermestis, tidak tembus cahaya sehingga baik digunakan untuk pengemasan bahan yang banyak mengandung lemak dan bahan- bahan yang peka terhadap cahaya, mempunyai konduktivitas panas yang bagus dan memiliki permeabilitas yang rendah serta memiliki kemampuan untuk menahan laju uap air, gas dan udara yang akan masuk kedalam produk maupun keluar. Meningkatnya kadar air disebabkan karena proses sineresis yang menyebabkan terus berlangsungnya perembesan air. Sineresis gel protein yang terjadi selama penyimpanan disebabkan oleh bertambahnya ikatan cross-linked antar molekul protein yang menyebabkan keluarnya air yang terperangkap di dalam gel Yuan & Meng, 2011. Hal ini dikarenakan, rendahnya water holding capacity pada gel dapat menurunkan mutu produk jika disimpan pada waktu yang cukup lama. Selain itu, kadar air tinggi juga dapat menimbulkan ketengikan yang mempengaruhi aroma sehingga menurunkan mutu dangke, yang merupakan produk yang memiliki karakteristik lunak dan berwarna putih. Kadar Protein Kadar protein adalah suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Berdasarkan hasil pengujian kadar protein dangke menggunakan jenis kemasan dan lama penyimpanan berbeda dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Protein Dangke JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Hasil analisis terhadap parameter kadar protein menunjukkan perlakuan lama penyimpanan dan jenis kemasan menunjukkan kadar protein tertinggi dengan faktor jenis kemasan aluminium foil dan lama penyimpanan 1 hari, sedangkan kadar protein terendah diperoleh dengan perlakuan kemasan daun pisang dengan lama penyimpanan 3 hari. Semakin lama penyimpanan, konsentrasi protein semakin berkurang yang disebabkan terjadinya hidrolisis protein karena asam yang terbentuk secara alami akibat penyimpanan yang disebabkan bakteri asam laktat mendegradasi laktosa menjadi asam laktat yang mengakibatkan konsentrasi protein rendah Sandy, 2009. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus et al. 2013, yang menyatakan bahwa terdapat kecenderungan penurunan kadar protein akibat dari semakin lama waktu penyimpanan. Terjadinya penurunan kadar protein diduga karena terdapat aktivitas bakteri proteolitik sehingga dapat mencerna protein. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Creniewicz 2006, yaitu bakteri proteolitik bisa tumbuh optimal menggunakan suhu ruang, namun masih bisa tumbuh dan berkembang seiring bertambahnya waktu pada suhu lemari es, sehingga akan menyebabkan hidrolisis protein. Jumlah bakteri yang timbul pada kemasan sangat berkaitan dengan permeabilitas kemasan yang digunakan. Dimana semakin rendah permeabilitas kemasan maka semakin baik untuk pengemasan produk. Bakteri proteolitik tergolong dalam bakteri aerobik yang akan berkembang maksimal karena adanya oksigen. Sehingga semakin banyak oksigen dalam lingkungan maka semakin optimal juga pertumbuhan bakteri proteolitik. Kadar Lemak Lemak adalah komponen susu sapi yang sangat penting seperti protein. Lemak dapat memberikan energy yang lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat maupun protein dimana satu gram lemak dapat memberikan kurang lebih 9 kalori. Hasil perhitungan kadar lemak dangke menggunakan kemasan dan lama penyimpanan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3 Gambar 3. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak Dangke JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Hasil analisis terhadap parameter kadar lemak menunjukkan perlakuan lama penyimpanan dan jenis kemasan menunjukkan kadar lemak tertinggi yaitu perlakuan jenis kemasan daun pisang dan lama penyimpanan 1 hari, sedangkan kadar lemak terendah di peroleh dengan perlakuan kemasan aluminium foil dan lama penyimpanan 3 hari. Rendahnya kadar lemak pada dangke disebabkan oleh lama penyimpanan. Semakin tinggi kadar lemak menandakan bahwa semakin cepat terjadinya reaksi oksidasi pada produk. Proses oksidasi tejadi karena karena kontak antar oksigen dengan lemak Herlina & Ginting, 2002. Adanya proses tersebut akan mempercepat reaksi oksidasi sehingga oksigen akan membentuk peroksida aktif yang dapat menghasilkan hidroperoksida yang memiliki sifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi rantai karbon lebih pendek seperti asam lemak, aldehid, dan menimbulkan bau tengik. Dengan penggunaan kemasan aluminium foil yang memiliki permeabilitas yang rendah dapat melindungi dangke dari kontaminasi dari lingkungan kerena kemampuan kemasan tersebut dapat menahan laju penguapan air dan udara yang akan masuk ke dalam produk yang dikemas Suprapti, 2003. Penggunaan jenis pengemasan juga berpengaruh terhadap kualitas dange. Hal tersebut dipengaruhi oleh permeabilitas dari jenis kemasan yang digunakan. Kemasan yang memiliki permeabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kemasan tersebut memiliki struktur yang tertutup, tidak mudah ditembusi fluida dan gas Bierley et al., 1988. Berdasarkan nilai permeabilitas, kemasan aluminium foil yang memiliki permeabilitas rendah sehingga mempunyai daya tahan terhadap oksigen yang lebih baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan, semakin tinggi pula kerusakan lemak karena disebabkan oleh proses pengolahan pangan itu sendiri. Angka Lempeng Total ALT Angka lempeng total adalah pengujian untuk menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel yang dinyatakan dalam koloni/ml. Data jumlah angka lempeng total dangke dengan berbagai jenis kemasan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap Angka Lempeng Total Dangke JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Hasil analisis terhadap parameter angka lempeng total menunjukkan perlakuan jenis kemasan dan lama penyimpanan menunjukkan angka lempeng total tertinggi dengan perlakuan jenis kemasan daun pisang dengan lama penyimpanan 3 hari, sedangkan angka lempeng total terendah diperoleh dengan perlakuan kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 1 hari. Berdasarkan hasil penelitian rendahnya nilai ALT yang di dadaptatkan karena kemasan aluminium foil merupakan kemasan yang memiliki karakteristik tidak tembus cahaya, hermestis, fleksibel, sehingga cocok digunakan untuk mengemas bahan yang banyak mengandung lemak dan peka terhadap cahaya, mempunyai konduktivitas panas yang baik, sehingga digunakan pengemasan untuk produk seperti dangke Suprapti, 2003. Selain itu aluminium foil dapat menghambat uap gas dan air sehingga dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi dengan mikroba ataupun udara di lingkungan. Kerusakan lainnya yang sering terdapat pada dangke yaitu disebabkan karena perubahan rasa menjadi asam, hal ini disebabkan oleh berkembangnya bakteri pembentuk asam, terutama bakteri asam laktan dan bakteri E. coli. Pertumbuhan mikroba dipengaruhi dari berbagai faktor lingkungan diantaranya aktivitas air, pH suhu, adanya oksigen dan tersedianya zat makanan Buckle et al, 1987. Berdasarkan hasil data di atas menunjukkan bahwa nilai rata–rata jenis kemasan yang terendah pada suhu ruang yaitu terdapat pada kemasan aluminium foil. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemasan aluminium adalah jenis kemasan yang baik digunakan dan dapat mencegah terjadinya penguapan air secara berlebihan yang dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroba Malik, 2009. Uji Hedonik Warna Warna adalah salah satu parameter fisik yang diukur dalam penilaian mutu dan tingkat penerimaan konsumen atas produk tersebut. Warna suatu produk bahan pangan ditentukan oleh berbagai faktor yaitu warna, kecerahan, dan kejelasan warna produk. Hasil pengamatan warna dangke yang menggunakan susu segar, sebagai bahan baku dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Warna Dangke JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Gambar 6. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Aroma Dangke Hasil uji organoleptik terhadap warna dangke dengan perlakuan jenis kemasan dan lama penyimpanan menunjukkan warna tertinggi didapatkan pada perlakuan analisis kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 1 hari, sedangkan nilai terendah pada perlakuan kemasan polipropilen penyimpanan 3 hari. Hal ini disebabkan bahan baku dari pembuatan dangke yaitu susu yang berwarna putih. Warna putih dari susu disebabkan oleh dispersi yang merefleksikan sinar dari globula-globula lemak dan partikel-partikel koloid senyawa kasein dan kalsium posfat serta disukai oleh panelis karena belum terjadi perubahan warna. Dangke yang dihasilkan tergantung dari warna susu yang digunakan dimana pada penyimpanan 1 hari dangke yang dihasikan masih sesuai dengan karakteristik. Hal lain dapat menyebabkan penurunan warna dangke yaitu lama penyimpanan dangke. Aroma Aroma diukur dengan menggunakan indra pencium hidung, karena dalam banyak hal baiknya makanan ditentukan Semakin lama penyimpanan maka warna dangke yang dihasilkan semakin menurun hal ini dipengaruhi karena terjadinya perubahan warna menjadi kekuningan. Menurut Rahmawati 2008 pencoklatan adalah proses pembentukan pigmen berwarna kuning yang akan segera menjadi coklat gelap. Pembentukan warna coklat ini dipengaruhi oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalisis oksidasi senyawa fenol sehingga menjadi quinon dan dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang berwarna coklat. Perubahan warna dangke dapat juga disebabkan oleh keadaan lingkungan seperti oksigen yang terdapat di dalam kemasan maupun di luar kemasan, suhu, dan juga dapat disebabkan oleh aktivitas mikroba. Sifat terpenting dari kemasan yaiyu permeabilitas gas dan uap air serta luas permukaan kemasan Bukle et al., 1987. oleh aroma atau bau makanan tersebut. Hasil pengamatan aroma dangke yang menggunakan susu segar, bahan baku dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Aroma Dangke JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Hasil analisis uji organoleptik terhadap aroma dangke dengan perlakuan jenis kemasan dan lama penyimpanan menunjukkan aroma tertinggi didapatkan pada perlakuan kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 1 hari, sedangkan nilai terendah pada perlakuan kemasan polipropilen penyimpanan 3 hari. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan hari pertama belum terjadi perubahan aroma dimana semakin lama penyimpanan maka aroma dangke semakin menurun dipengsruhi oleh pertumbuhan bakteri pembentuk asam, khususnya bakteri asam laktat, kemudian susu menggumpal yang disebabkan oleh pemecahan protein susu oleh bakteri pemecah protein disertai oleh terbentuknya asam. Aroma diukur dengan menggunakan indra pencium hidung, karena dalam banyak hal makanan disukai oleh konsumen ditentukan oleh aroma atau bau makanan tersebut. Dalam industri pangan, pengujian bau sangat penting karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian penerimaan konsumen terhadap produksi yang dihasilkan. Aroma suatu produk dapat di nilai dengan cara pembauan Winarno, 1997. Syarat suatu produk tercium aromanya adalah adanya sejumlah komponen volatil yang berasal dari produk tersebut yang dapat terdeteksi oleh indera pembau. Menurut Friedrich dan Acree 2015, aroma ditimbulkan berasal dari proses pemanasan susu yang mempengaruhi kandungan senyawa volatil dari asam lemak susu dan mengubah struktur profil pada aroma susu. Aardt et al. 2001 menambahkan, dangke memiliki beberapa senyawa volatil yang dapat menimbulkan aroma yaitu senyawa motional, senyawa 3-metilbutana dan senyawa 1- oktentrion. Terjadinya perubahan-perubahan komponen volatil selama penyimpanan akan mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap aroma. Hal lain dapat disebabkan karena kemasan aluminium foil lebih dapat mempertahankan aroma dangke dari lingkungan sekitar, karena kemasan ini memiliki sistem penutupan yang lebih baik dan tidak tembus cahaya sehingga dapat melindungi dangke dari aroma lain disekitarnya serta permeabilitasnya yang rendah. Dibandingkan dengan kemasan daun pisang dan polipropilen yang disimpan dalam suhu ruang lebih tidak disukai oleh panelis dalam hal ini dapat disebabkan oleh lingkungan sekitar yang dapat menyebabkan aroma dangke menjadi tidak baik karena kemampuan lemak dalam dangke yang dapat mengabsorpsi aroma dari lingkungan sekitarnya berupa kandungan volatil atau adanya pembusukan yang timbul pada bahan makanan sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan aroma off odour. Tekstur Tekstur adalah ciri suatu bahan sebagai akibat perpaduan dari beberapa sifat fisik yang meliputi jumlah, ukuran, bentuk, dan unsur-unsur pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indera perasa dan peraba, termasuk indera mulut dan penglihatan. Hasil pengamatan tekstur dangke yang menggunakan susu segar sebagai bahan baku dapat dilihat pada Gambar 7. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Gambar 7. Pengaruh Jenis Kemasan dan Lama Penyimpanan Terhadap Tekstur Dangke Hasil analisis uji organoleptik terhadap tekstur dangke dengan perlakuan jenis kemasan dan lama penyimpanan menunjukkan tekstur tertinggi didapatkan pada perlakuan kemasan aluminium foil dengan lama penyimpanan 1 hari, sedangkan nilai terendah pada perlakuan kemasan polipropilen penyimpanan 3 hari. Hal ini disebabkan pada kemasan aluminium foil hari pertama memiliki nilai paling tinggi lebih disukai panelis untuk perubahan tekstur dangke yang menggunakan kemasan aluminium foil, dangke masih memiliki tekstur yang kenyal sesuai dengan tekstur dangke biasanya. Hal lain dapat disebabkan oleh kemasana aluminium foil yang sifatnya dapat menahan laju penguapan air serta gas sehingga lebih dapat memperlambat peningkatan kadar air yang terkandung dalam dangke pada penyimpanan hari pertama sehingga tidak terjadi perubahan tekstur yang lebih besar terhadap produk yang dikemas. Dimana semakin tinggi lama penyimpanan maka tekstur dangke semakin menurun karena meningkatnya kadar air yang dapat mempermudah kerusakan terhadap tekstur tersebut dan dipengaruhi dengan penggunaan kemasan polipropilen dan daun pisang yang memiliki permeabilitas yang tinggi sehingga kemampuan untuk menahan kontaminasi dari lingkungan maupun dalam kemasan yang sulit. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh jenis kemasan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pengujian kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, angka Lempeng Total ALT, Selain itu, memberikan pengaruh sangat nyata terhadap warna, aroma dan tekstur pada jenis kemasan dan lama penyimpanan dangke. Daftar Pustaka Abrianto, J. 2010. Teknologi Pengemasan, Desain dan Pelabelan Kemasan Produk Makanan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Agus, F., I. Santoso, S. Dewi, P. Setyanto, dan Y. Widiawati. 2013 b. Emisi BAU dan mitigasi semua sub-sektor berbasis lahan dalam Landasan Ilmiah JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Panduan Teknis Perhitungan Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca pada Berbasis Lahan dengan Skenario Bussiness As Usual BAU dan Aksi Mitigasi. Bappenas, Republik Indonesia. Anjarsari, P. 2014. Literasi Sains melalui Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMP. Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta. Aardt, -V. M., Duncan, -E. Marcy, - Long, Hackey. 2001. Effectiveness of polyethylene tereph- thalate and high density polyethy-lene in protection of milk flavour. Journal Dairy Science. 841, 1341−1347. Buckle, 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Creniewicz, M. 2006. Storage Stability of Raw Milk Subjected to Vibration. Polish journal of National Science. Hal. 65 – 70. Erniza, S. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Skripsi. Medan Universitas Sumatera Utara. Fardiaz, S, 1982. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Friedrich Acree 2015. Gas chromatography olfactometry gc/o of diary product. State Agricultural Experiment Station. New York US. Mustikawati, A, 2001. Pengaruh pemberian bahan penggumpal dan suhu pemasakan yang berbeda terhadap produksi dangke susu sapi. Jurusan Peternakan Universitas “45”, Makassar. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2019. Mukhtar, S., & Nurif, M. 2015. Peranan Packaging Dalam Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen. Jurnal Sosial Humaniora. 8 2 181– 191. Nuraini,S. 2005. Kebijakan Kelembagaan pada Pengembangan Sapi Perah di Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar Universitas Hasanuddin. Ridwan M. 2005. Strategi Pengembangan Dangke sebagai Produk Unggulan Lokal di Kabupaten Enrekang. Tesis. Bogor Sekolah Pascasarjana IPB. Saleh, Eniza. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Skripsi. Medan Universitas Sumatera Utara. Sanjaya, J. Sumarmono, & K. Widayaka. 2013. Pengaruh level CaCl2 yang berbeda terhadap kandungan kalsium,kekerasan,dan meltabilility pada keju susu kambing. Jurnal ilmiah peternakan. 11 47- 53. Sopandi, T. 2014. Mikrobiologi Pangan. Yogjakarta Andi. Sudarmaji, J. Mukono dan Corie Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Kesehatan Lingkungan FKM. Unair; 2006 Suprapti, L. M. 2003. Tepung Ubi Jalar Pembuatan dan pemanfaatannya. Penerbit Kanisius Yogyakarta. Sudarsono, dkk. 2002. Dalam Tumbuhan obat II. Yogyakarta Universitas Gajah Mada Sekip Utara. Suryani, D. R. 2013. Profi aroma, aktivitas antioksidan dan intensitas warna susu kerbau akibat proses glikasi dengan penambahan rare sugar Dpsikosa, L psikosa, D-tagatosa, L-tagatosa. Skripsi. Semarang Universitas Diponegoro. Susetyarsi, T. 2012. Kemasan Produk Ditinjau Dari Bahan Kemasan, Bentuk Kemasan Dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Minuman Mizone Di Kota Semarang. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Jurnal Stie Semarang. 4 3 2252– 7826. Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta EGC. Syarief, R. , S. Santausa, & S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor Institut Pertanian Bogor. Tanan, S. E. 2003. Pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap jumlah bakteri pada dangke susu rekonstitusi. Skripsi. Makassar Universitas Hasanuddin. Wahniyathi, H. 2013. Survei Potensi Pengembangan Dangke Susu Sapi Sebagai Alternatif Dangke Susu Kerbau Di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar Universitas Hasanuddin Makassar. Winarno F . G. & Jennie 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan cara Pencegahannya. Jakarta Ghalia Indonesia. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Halaman ini sengaja dikosongkan ... Kerupuk ikan yang tidak diberi lapisan pelindung kemasan juga dapat mengalami kerusakan fisik yakni mengalami berkurangnya kerenyahan akibat peningkatan kadar air dalam waktu yang relatif cepat Sunyoto et al., 2018. Penelitian yang mencoba menggunakan berbagai jenis kemasan plastik untuk mengurangi kerusakan kerupuk ikan dari kelempaman dan ketengikan telah banyak dilakukan, diantaranya penggunaan plastik jenis polietilen dan polipropilen Rahman & Dewi, 2017, nylon dan kemasan metalized campuran polipropilen dan aluminium foil Mansur et al., 2021. Polipropilen adalah jenis kemasaan yang sudah familiar karena paling baik dalam mempertahankan kualitas produk dan memberikan nilai ekonomis terhadap kerupuk ikan Ikasari et al., 2017. ...Fish crackers have a short shelf life due to rancidity produced by oxidation damage. This study aims to determine the shelf life of fish crackers using the total oxidation number Totox approach. The shelf life test was carried out using the accelerated shelf-life test ASLT technique following the Arrhenius model. The experiment was carried out using stratified storage temperatures ranging from 25 °C, 35 °C, and 45 °C for 15 days to follow the level of oxidation damage through Totox numbers. The results of this study indicate that the ASLT technique can be used to predict the shelf life of fish crackers whose core damage is due to oxidation reactions. The prediction of the shelf life based on the Totox number is 118 days; for that, it is recommended to consume Palembang fish crackers below that time.... mempunyai kehilangan berat ratarata yang lebih besar yaitu mencapai 5,32%. Hasi penelitian ini sedikit berbeda denganRahim 2009 yang menyatakan bahwa jenis otot tidak berpengaruh terhadap drip loss pada hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dari hasil penelitianVianti 2007, yang menyatakan drip daging sapi sebesar 4,90 -8,94%. Menurut Hariss danKarmas 1989 bahwa banyaknya tetesan per cairan dari jaringan keluar dapat berkisar 1-30%. ...Samsul FikarRazali RazaliSulasmi SulasmiAimed this study to know about percentage of drip loss at Musculus infraspinatus and Musculus gluteobiceps local cows after freeze-thawing. Musculus infraspinatus and Musculus gluteobiceps is cutting about 50-75 gram for 15 sample. All sample is weighing for the first weigh and then freezing until 24 hours. After that thawing the sample until 24 hours too in refrigerator. Repeat this process until four season. The finally we can read drip loss in Musculus gluteobiceps is the bigger at process freeze-thawing fourth. Duncan test showing a diferent percentage of drip loss after words Drip loss, freeze-thawing , Musculus infraspinatus and Musculus gluteobicepsThis study aims to determine the effect of the type of packaging on tofu dregs cookies during storage and the best type of packaging alarm that can maintain the balance of tofu dregs cookies during storage. The experimental design used was factorial Completely Randomized Design CRD with 2 factors. The first factor was the type of packaging with 3 levels, namely K1 = Polypropylene, K2 = Polyethylene, K3 = Aluminum Foil. The second factor, namely storage time with 5 stages, namely P0 = 0 weeks, P1 = 1 week, P2 = 2 weeks, P3 = 3 weeks, and P4 = 4 weeks. The treatment was repeated 2 times in order to obtain 30 experimental units. The data obtained were analyzed using Analysis of Variance ANOVA. If the influence affects the test parameters, then test with Duncan's Multiple Range Test. The type of packaging during storage affects water content, texture, crude fiber content, TBA number, hedonic test aroma, texture, color, taste and overall acceptance. This type of aluminum foil packaging can maintain the characteristics of tofu dregs cookies for up to 3 weeks with the following characteristics moisture content of texture N, crude fiber content TBA number mg malonaldehyde / kg, for preference tests such as color, aroma, texture, taste and overall acceptance is MukhtarMuhammad NurifKebutuhan masyarakat sekarang ini semakin meningkat dalam berbagai hal. Peluang seperti ini bagi seorang Technopreneurship merupakan peluang yang sangat baik untuk mengembangkan usaha dan dapat juga menciptakan usaha baru yang mengembangkan perusahaannya. Berangkat dari perihal ini seorang Technopreneurship harus menganalisa pasar, mendesain, dan lain-lain, agar peluang-peluang ini terisi yang tidak kalah penting disamping kesiapan daya tarik dari berbagai hal produk, yang menjadi pemikat konsumen adanya beraneka macam kemasan atau packaging dapat meletakkan dan menyelemat bahkan menyimpan produk yang di produksi, sehingga menjadi daya pikat tersendiri bagi masyarakat sekarang development of certain off-flavors in whole milk milk fat as related to packaging material [glass, high-density polyethylene HDPE, amber polyethylene terephthalate PETE, clear PETE, and clear PETE-UV] were evaluated after exposure to fluorescent light 1100 to 1300 lx for 18 d at 4 degrees C. Control samples packaged and stored under identical conditions were wrapped in foil to prevent light exposure. Selected flavor compounds in milk were measured analytically on d 0, 7, 14, and 18 of storage, while intensities of "oxidation," "acetaldehyde," and "lacks freshness" off-flavors were determined by sensory analysis at the same intervals. In light-exposed samples, oxidation off-flavor was significantly lower when packaged in amber PETE versus other containers. Milk packaged in HDPE containers showed a significantly higher level of oxidation off-flavor than milk packaged in PETE-UV containers but not higher than clear PETE or glass containers. No significant difference in acetaldehyde off-flavor was found between package material treatments exposed or protected. Acetaldehyde concentration never exceeded flavor threshold levels, regardless of packaging material. Amber and PETE-UV materials proved to be a competitive packaging choice for milk in preserving fresh milk aim of the present study was to determine the effects of cold storage temp. 4 and 8 degrees C on some physicochemical properties and technological suitability of raw milk subjected to vertical vibration at various frequencies 10, 30 and 60 Hz. An analysis of the results showed that vibration increased milk acidity and negatively affected milk components. The process caused, among others, an increase in the levels of ionic calcium and free fatty acids, as well as protein degradation an increase in the formalin number, which deteriorated the technological quality of milk a decrease in thermal stability and ethanol stability, a shorter rennet coagulation time. The degree of these changes corresponded to an increase in vibrational frequency. Intensive lipolytic and proteolytic processes and enhanced acidity were observed during cold storage of raw milk subjected to vibration. This had a negative effect on the technological suitability of milk. The changes were less significant in the case of deep chilling 4 degrees C.Eniza Salehternak-eniza2 Air susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang idealLiterasi Sains melalui Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMPP AnjarsariAnjarsari, P. 2014. Literasi Sains melalui Kurikulum dan Pembelajaran IPA SMP. Yogyakarta Universitas Negeri Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan TernakS ErnizaErniza, S. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Skripsi. Medan Universitas Sumatera chromatography olfactometry gc/o of diary product. State Agricultural Experiment StationS FardiazI Mikrobiologi PanganJakarta Gramedia Pustaka UtamaJ E FriedrichT E AcreeFardiaz, S, 1982. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Friedrich Acree 2015. Gas chromatography olfactometry gc/o of diary product. State Agricultural Experiment Station. New York US.Pengaruh pemberian bahan penggumpal dan suhu pemasakan yang berbeda terhadap produksi dangke susu sapi. Jurusan Peternakan Universitas "45A MustikawatiMustikawati, A, 2001. Pengaruh pemberian bahan penggumpal dan suhu pemasakan yang berbeda terhadap produksi dangke susu sapi. Jurusan Peternakan Universitas "45", Makassar. Diakses pada tanggal 27 Oktober Kelembagaan pada Pengembangan Sapi Perah di Sulawesi SelatanS NurainiNuraini,S. 2005. Kebijakan Kelembagaan pada Pengembangan Sapi Perah di Sulawesi Selatan. Skripsi. Makassar Universitas Hasanuddin.
Bahanpangan hasil peternakan dan perikanan dapat berupa beragam jenis ikan, udang, cumi, rumput laut, daging, telur, dan susu yang masih mentah memiliki kandungan air yang tinggi
OvenSuhu 160-1800C selama 1.5-3 jam. Alat-alat tersebut terlebih dahulu dibungkus menggunakan kertas sebelum dilakukan sterilisasi. Gambar 8. Hot air oven. iv. Insinerator Bahan-bahan infeksius seperti jarum bekas suntikan yang ditampung dalam safety box biohazard, darah, dilakukan sterilisasi dengan menggunakan insinerator. Hasil pemanasan
Denganteknologi plasma, kedua kriteria tersebut dapat dipenuhi melalui fungsionalisasi dan aktivasi permukaan. Dalam tahap ini, plasma berfungsi sebagai penyesuai energi permukaan dengan cara mengatur adhesifitas, sifat hidrofobik, dan hidrofilik. Dengan menggunakan plasma, lapisan SiOx setebal 50 nm dapat diperoleh hanya dalam waktu
Qyx07. 68vrj56qno.pages.dev/16168vrj56qno.pages.dev/15068vrj56qno.pages.dev/22368vrj56qno.pages.dev/8868vrj56qno.pages.dev/37968vrj56qno.pages.dev/8768vrj56qno.pages.dev/7668vrj56qno.pages.dev/5968vrj56qno.pages.dev/102
pada gambar tersebut menggunakan jenis pengemasan